Batamramah.com, Jakarta - Ahli gizi lulusan dari Universitas
Hasanuddin (UNHAS) Dr. dr. Lucy Widasari, M.Si menyampaikan sejumlah dampak
bisa terjadi pada anak yang menjalani puasa namun tidak sahur, salah satunya
berisiko hipoglikemi.
Hipoglikemi adalah gangguan yang terjadi ketika kadar gula
di dalam darah berada di bawah kadar normal.
"Tidak sahur dapat menyebabkan kadar gula darah turun
drastis, yang berpotensi mengakibatkan pusing, gemetar, lemas, bahkan
pingsan," kata Lucy, ketika dihubungi ANTARA di Jakarta, pada Kamis.
Menurut dokter yang juga pernah menjabat sebagai Tim
Percepatan Pencegahan Anak Kerdil (TP2AK) Sekretariat Wakil Presiden RI pada
2019 itu, dampak tidak sahur saat menjalani puasa juga bisa mempengaruhi daya
ingat pada anak.
"Studi menunjukkan bahwa kurangnya asupan makanan di
pagi hari dapat menurunkan performa akademik dan daya ingat pada anak,"
ujarnya.
Dia mengatakan dehidrasi juga bisa rentan terjadi jika anak
tidak makan dan minum saat sahur, sehingga hal ini bisa menyebabkan sakit
kepala, mulut kering, dan sulit berkonsentrasi, serta bisa berdampak mengalami
perubahan mood yang buruk.
"Anak yang melewatkan sahur berisiko mengalami
perubahan mood seperti mudah marah, gelisah, atau stres akibat kurangnya energi
yang cukup untuk mengontrol emosi," ucapnya.
Kemudian, kurangnya serat dalam makanan sahur dapat
menyebabkan sembelit atau gangguan pencernaan dan gastritis atau asam lambung
naik (GERD), terutama jika anak memiliki riwayat penyakit maag
Lebih lanjut dia menambahkan dampak yang terjadi pada anak
jika tidak sahur bisa menyebabkan penurunan daya tahan dan kekuatan otot. Hal
ini lantaran tubuh akan mulai menggunakan cadangan lemak dan protein (otot)
sebagai sumber energi.
"Penurunan daya tahan tubuh, menghambat produksi
sel-sel imun yang melawan virus dan bakteri sehingga anak lebih rentan terhadap
infeksi seperti flu, batuk, dan penyakit lainnya," tambah dokter yang juga
merupakan Direktur Program Pembelajaran PT Yapindo.
Sumber: Antaranews.com