Batamramah.com, Jakarta - Buta warna mengacu pada kondisi di
mana seseorang mengalami kesulitan dalam melihat atau membedakan warna dimana
kondisi ini juga dapat memengaruhi anak-anak.
Dokter spesialis mata dari Rumah Sakit Saifee Mumbai dr.
Rushabh Shah menjelaskan buta warna bersifat turun-temurun dan lebih sering
terjadi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.
"Anak-anak mungkin tidak menyadari bahwa mereka melihat
warna secara berbeda, sehingga mendeteksi kondisi ini sejak dini sangat penting
untuk memberikan bantuan yang tepat dalam proses belajar dan kehidupan
sehari-hari mereka,” kata Rushabh dikutip dari Hindustan Times, Sabtu.
Rushabh menyebutkan tanda-tanda risiko buta warna yang
muncul pada usia dini:
Kesulitan dalam mengenali warna
Kesulitan dalam mengidentifikasi atau membedakan warna adalah salah satu tanda
pertama buta warna pada anak-anak.
Mereka mungkin sering tertukar antara warna merah dan hijau,
atau biru dan kuning. Hal ini biasanya terlihat ketika mereka mulai belajar
tentang warna di taman kanak-kanak atau sekolah dasar.
Mereka juga cenderung salah menyebutkan warna, meskipun
sudah dikoreksi berkali-kali.
Pola pewarnaan yang tidak biasa
Anak-anak yang mengalami buta warna cenderung menunjukkan pola pewarnaan yang
tidak biasa saat menggambar atau melukis. Mereka mungkin menggunakan warna yang
salah untuk objek umum, seperti mewarnai daun dengan oranye alih-alih hijau
atau melukis langit dengan warna merah muda, bukan biru.
Meskipun kesalahan sesekali adalah hal yang wajar bagi
sebagian besar anak, kesalahan yang terus-menerus dapat menjadi tanda adanya
gangguan penglihatan warna.
Kesulitan dengan materi pembelajaran berbasis warna
Indikator penting lainnya adalah kesulitan dalam memahami materi pembelajaran
yang bergantung pada warna. Banyak latihan belajar, seperti grafik berwarna,
permainan menyortir, dan lampu lalu lintas, mengandalkan kemampuan membedakan
warna.
Anak yang buta warna mungkin mengalami kesulitan dalam
tugas-tugas ini, yang dapat menyebabkan kebingungan dan frustrasi saat belajar.
Mereka juga kesulitan mengikuti instruksi berbasis warna, seperti menggunakan
spidol atau krayon dengan warna berbeda.
Sensitivitas terhadap cahaya
Sensitivitas terhadap cahaya juga bisa menjadi tanda buta warna. Anak dapat
membedakan warna dengan lebih baik saat cahaya terang, tetapi mengalami
kesulitan saat berada dalam pencahayaan redup atau ketika warna ditampilkan
dengan latar belakang yang serupa.
Rushabh menjelaskan bahwa tidak ada obat untuk buta warna
yang bersifat genetik. Namun, terdapat berbagai metode penanganan yang dapat
membantu anak-anak menyesuaikan diri dengan kondisi mereka.
Pertama, memakai kacamata dan lensa kontak khusus. Beberapa
lensa khusus telah dirancang untuk membantu meningkatkan persepsi warna pada
beberapa jenis buta warna.
Kedua, kenali berbagai jenis warna dengan memanfaatkan
aplikasi digital dan seluler sebagai alternatif dalam membedakan warna yang
sulit dilihat.
Ketiga, melakukan penyesuaian dalam pembelajaran. Orang tua
dan guru dapat menggunakan pola, simbol, atau label bersama dengan sumber
belajar berbasis warna untuk membantu anak memahami materi.
Keempat, penyesuaian pencahayaan dengan memastikan
pencahayaan yang baik guna meningkatkan kontras dan membantu anak mengenali
warna dengan lebih mudah.
Kelima, mengajarkan anak untuk mengenali warna berdasarkan
tingkat kecerahan atau posisi, bukan berdasarkan rona, dapat membantu mereka
dalam kehidupan sehari-hari.
Sumber: Antaranews.com