Batamramah.com, Jakarta - Ekonom Universitas Paramadina
Wijayanto Samirin memandang bahwa langkah Pemerintah Indonesia yang akan
memperkuat hubungan dagang dengan Amerika Serikat (AS) sudah tepat, sebagai
mitigasi terhadap dampak kebijakan proteksionisme Presiden AS Donald Trump.
“Langkah yang dilakukan pemerintah sudah tepat. Sebagai
negara yang mengalami surplus perdagangan terhadap AS, kita perlu waspada
kendati pun surplus kita termasuk minor dibanding negara lain,” kata Wijayanto
saat dihubungi di Jakarta, Sabtu.
Ketika ditanya apakah langkah tersebut akan membuat hubungan
ekonomi Indonesia dengan China renggang, Wijayanto berpendapat bahwa Indonesia
tidak perlu memilih antara China atau AS saja melainkan merangkul seluruh
pihak. Dalam urusan dagang, ujar dia, Indonesia tidak perlu ideologis atau
politis.
“China pasti tidak mempermasalahkan, mereka paham jika saat
hujan semua mencari payung,” kata Wijayanto.
Hal senada juga disampaikan oleh Direktur Eksekutif Center
of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira.
Saat dihubungi secara terpisah, Bhima mengatakan bahwa apa
yang dilakukan pemerintah dalam memperkuat kerja sama dengan AS menjadi
penting.
“Di era matinya kerja sama multilateral, maka prospek
perdagangan harus dijalin secara bilateral," ujar dia.
Pertama, imbuh Bhima, Indonesia bisa menghindari sasaran
kenaikan tarif AS karena hubungan yang harmonis. Apabila konfrontatif,
Indonesia tentunya akan menjadi sasaran kenaikan tarif bea masuk ke AS dan hal
ini merugikan posisi pelaku usaha.
Kedua, Indonesia bisa meraup peluang relokasi industri dari
AS terutama perusahaan yang menghindari perang tarif atau yang ingin mendekat
ke sumber bahan baku.
“Posisi perusahaan Indonesia bisa lebih masuk ke rantai
pasok global,” ujar Bhima.
Yang ketiga, imbuh Bhima, Indonesia akan tetap memegang
politik luar negeri bebas aktif untuk menyeimbangkan (balancing)
hubungan dengan China yang selama beberapa tahun terakhir terlalu dominan.
Sebelumnya pada Jumat (7/3), Menteri Perdagangan (Mendag)
Budi Santoso menyebut Indonesia harus melakukan mitigasi terhadap kebijakan
Trump guna menjaga surplus perdagangan dengan AS.
Budi mengatakan dirinya telah melakukan pertemuan dengan
Duta Besar (Dubes) AS untuk Indonesia Kamala Shirin Lakhdhir di kantor
Kementerian Perdagangan (Kemendag), Jakarta, Jumat (7/3).
Dalam pertemuan tersebut, kata Budi, keduanya sepakat untuk
tetap menjaga hubungan baik agar tidak terkena dampak dari isu-isu negatif
tentang Indonesia.
Ia juga menyebutkan salah satu langkah mitigasi yang bisa
dilakukan Indonesia adalah dengan tidak membuat kebijakan yang dapat merugikan
produk-produk ekspor tanah air di Amerika.
Selain itu, dalam waktu dekat akan diadakan pertemuan bisnis
antara Indonesia dengan AS untuk menyamakan persepsi perdagangan. Menurut Budi,
upaya ini harus dilakukan guna menjaga surplus perdagangan dengan AS.
Budi juga mengatakan, Indonesia dan AS optimistis bahwa
kerja sama kedua negara tetap berjalan dengan baik dan hubungan dagang semakin
bagus.
Sumber: Antaranews.com