Batamramah.com, Batam - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kepulauan Riau (KPw BI Kepri) terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi daerah melalui berbagai program, termasuk digitalisasi pembayaran, pengendalian inflasi, dan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Berbagai upaya ini dilakukan untuk menjaga stabilitas ekonomi, meningkatkan daya beli masyarakat, serta memperluas akses keuangan, terutama bagi pelaku UMKM.
Peningkatan Transaksi QRIS dan Digitalisasi UMKM
Pada Desember 2024, total nilai transaksi Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) di Kepri mencapai Rp626 miliar, dengan lebih dari 97,02% transaksi dilakukan oleh UMKM. Kepala KPw BI Kepri, Rony Widijarto, menyatakan bahwa penggunaan QRIS terus meningkat, baik dari sisi pengguna, volume transaksi, maupun merchant. Pada bulan yang sama, terdapat penambahan 4.699 pengguna baru, sehingga total pengguna QRIS di Kepri mencapai 530.327 orang, tumbuh 26,52% year on year (YoY). Selain itu, ada 7.933 merchant baru, menjadikan total merchant QRIS di Kepri mencapai 579.244 merchant, yang didominasi oleh Usaha Mikro dan Kecil (UMI) di Kota Batam.
BI Kepri menilai bahwa peningkatan transaksi QRIS tidak hanya mencerminkan kemajuan digitalisasi, tetapi juga memperluas akses keuangan bagi masyarakat, khususnya pelaku UMKM. “Dengan QRIS, transaksi mereka terdigitalisasi, sehingga memudahkan pencatatan keuangan dan akses pembiayaan,” kata Rony. Ke depan, BI Kepri berencana memperluas penggunaan QRIS tidak hanya untuk transaksi komersial, tetapi juga untuk penerimaan pajak dan retribusi daerah, serta donasi digital di tempat ibadah.
Pengendalian Inflasi dan Stabilisasi Harga
Di sisi lain, BI Kepri juga fokus pada pengendalian inflasi untuk menjaga stabilitas perekonomian daerah dan daya beli masyarakat. Rony menjelaskan bahwa BI Kepri melakukan stabilisasi harga dengan memastikan ketersediaan pasokan pangan, terutama menjelang Ramadan yang biasanya diikuti dengan lonjakan permintaan. “Kami mengimbau masyarakat untuk belanja secukupnya, tidak perlu membeli kebutuhan untuk satu bulan penuh. Ini penting untuk menjaga keseimbangan pasokan dan harga di pasaran,” ujarnya.
Selain itu, BI Kepri juga melaksanakan berbagai program untuk menekan inflasi, termasuk operasi pasar dan mendorong produktivitas sektor pertanian serta urban farming. “Kami akan terus menggalakkan gerakan urban farming agar masyarakat bisa ikut serta dalam mengatasi inflasi, terutama untuk komoditas seperti cabai merah yang sering menjadi penyebab utama kenaikan harga,” tambah Rony.
Dukungan untuk UMKM dan Ekonomi Kreatif
BI Kepri juga berkomitmen untuk terus mendukung pertumbuhan UMKM melalui berbagai program tahunan, meskipun ada efisiensi anggaran. Salah satu program unggulan yang akan dilaksanakan adalah KURMA (Kepulauan Riau Ramadhan Fair), yang bertujuan untuk mempercepat ekosistem ekonomi dan keuangan syariah di Kepri. Acara ini akan mencakup berbagai kegiatan seperti kompetisi, pameran produk halal, dan Bazar Ramadhan.
Selain itu, BI Kepri juga akan menggelar Gebyar Melayu Pesisir (GMP) untuk menampilkan produk unggulan UMKM serta meningkatkan penggunaan QRIS sebagai metode pembayaran digital. “Kami ingin memperbaiki daya saing warga Kepri, bukan hanya dari sisi kualitas kain, tetapi juga dalam bentuk produk pakaian jadi, khususnya di sektor mode dan fesyen,” jelas Rony.
Prediksi Kenaikan Harga Pangan Jelang Ramadan
Meskipun stok pangan saat ini masih dalam kondisi aman, BI Kepri memprediksi harga pangan akan mengalami kenaikan menjelang Ramadan. Rony mengimbau masyarakat untuk berbelanja secara bijak guna menjaga stabilitas harga di pasaran. “Kami mendorong pemerintah daerah untuk menggunakan QRIS dalam pembayaran pajak, seperti pajak hotel, restoran, dan rumah. Ini akan mempercepat proses pembayaran serta meningkatkan transparansi,” katanya.
Dengan berbagai langkah ini, BI Kepri berharap stabilitas harga tetap terjaga selama Ramadan, serta mendorong pertumbuhan ekonomi daerah melalui pemberdayaan UMKM dan inovasi di sektor ekonomi kreatif.