Batamramah.com, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Batam, Kepulauan Riau, terus mendorong pengembangan ekonomi kreatif (ekraf), terutama di subsektor kuliner yang dinilai memiliki potensi besar untuk mendongkrak perekonomian lokal.
Kepala Disbudpar Batam, Ardiwinata, menyebutkan bahwa kuliner merupakan salah satu dari tiga subsektor ekonomi kreatif yang menjadi prioritas di Batam. Hal ini sesuai dengan arahan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk fokus pada subsektor unggulan.
“Kuliner di Batam tidak boleh hanya mengandalkan resep tradisional yang sudah dikenal. Contohnya, ikan yang biasa diolah menjadi asam pedas. Kita perlu mencoba sesuatu yang baru dan lebih kreatif. Misalnya, gonggong yang biasanya hanya disajikan dengan sambal, bisa diolah menjadi hidangan inovatif seperti tomyam atau produk lainnya. Ini adalah inti dari ekonomi kreatif,” jelas Ardi pada Sabtu (11/1/2025).
Untuk mendorong inovasi ini, Disbudpar Batam secara rutin menyelenggarakan berbagai kegiatan pendukung, salah satunya Bazar World Food (BWF) yang diadakan di Dataran Dang Anom selama bulan Ramadan. Kegiatan seperti ini bertujuan untuk memberikan ruang kepada pelaku ekraf agar bisa menunjukkan kreativitas mereka kepada masyarakat.
“Bazar ekonomi kreatif harus memiliki konsep yang unik. Mulai dari desain tenda hingga produk yang dijual, semuanya perlu inovasi. Tidak sekadar menjual, tetapi juga menciptakan pengalaman baru bagi pengunjung,” tambahnya.
Ardi juga mengungkapkan rencana Disbudpar Batam untuk menerapkan sistem seleksi bagi pelaku usaha ekonomi kreatif. Sistem ini akan mengelompokkan pelaku usaha berdasarkan tingkat kreativitas dan inovasi produk mereka. Namun, penerapan rencana tersebut masih menunggu arahan teknis dari pemerintah pusat.
“Kami ingin pelaku ekraf memahami bahwa ekonomi kreatif berbeda dari usaha mikro kecil menengah (UMKM). Fokusnya adalah menciptakan sesuatu yang baru dan memiliki nilai tambah. Dengan pendekatan ini, Batam bisa menjadi pusat ekraf yang menarik bagi wisatawan, terutama di bidang kuliner,” jelasnya.
Ardi berharap pengembangan subsektor kuliner tidak hanya memperkuat sektor pariwisata Batam, tetapi juga mendorong masyarakat untuk terus berinovasi. Dengan demikian, dampak positifnya bisa dirasakan oleh banyak pihak, baik dari segi ekonomi maupun penguatan identitas kreatif Batam.
“Ekonomi kreatif adalah tentang menciptakan peluang baru. Jika kita mampu melakukannya, Batam tidak hanya menjadi tujuan wisata, tetapi juga pusat inovasi di bidang kuliner,” tutupnya.