Ritual Bakar Tongkang ke 25, Rusdi : Ungkapan Syukur Warga Bagansiapiapi di Kota Batam

 


Batamramah.com, Batam - Tradisi atau ritual bakar tongkang merupakan ungkapan Syukur Warga Bagansiapiapi yang tinggal di Kota Batam. Ritual tersebut sudah yang ke 25 kali dilakukan di kota Batam. Tepatnya di kelenteng Cetya Upho Sakadarma di Komplek Ruko Pantai Pertama, Baloi, Senin (22/07/2024).

Hal tersebut disampaikan Ketua panitia pelaksana ritual bakar tongkang Rusdi didampingi  Anggota DPRD Kota Batam Hendra Asman di sela sela kegiatan ritual pembakaran replika kapal tongkang.

Lanjut Rusdi, ritual bakar tongkang merupakan awal mulanya datangnya etnis Tionghoa ke tepatnya ke Bagansiapiapi, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau, Indonesia. Mereka menempuh perjalanan yang panjang dengan menggunakan tongkang atau perahu.

"Jadi tahun 1820 silam, itu banyak  etnis Tionghoa susah cari makan di negaranya. Lalu mereka menaiki perahu atau tongkang setelah menempuh perjalanan jauh, mereka sampailah ke Bagansiapiapi. Inilah awal mulanya. Ternyata hasilnya melimpah ruah terutama ikan," terang Rusdi. 

Masih kata Rusdi, karena hasil yang sangat melimpah, kehidupan mereka semakin membaik dan berkecukupan. Sehingga, mereka mensyukurinya dengan membakar tongkang yang membawa mereka hingga ke Riau.


Saat berlayar, Lanjut Rusdi, etnis Tionghoa membawa patung dewa Kie Ong Ya yang dipercaya merupakan dewa laut memberi mereka keberuntungan dan membantu mereka saat kesusahan.

Ritual bakar tongkang dikenal dalam bahasa Hokkien sebagai Go Gek Cap Lak, yang dirayakan setiap tahun pada hari 16 bulan ke 15 mengacu pada kalender Lunar atau China. Kegiatan ini sudah masuk agenda nasional. Dan para perantau biasanya akan pulang kampung ke Bagansiapiapi.

"Intinya ritual ini dilaksanakan, karena kita berterima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa (YME), yang telah memberikan kita rezeki dan kemudahan untuk mencari nafkah. Kepercayaan kita, doa-doa yang kita sampaikan biasanya terkabul," terang Rusdi. 

Jelas Rudi, sebelum dibakar para warga keturunan Tionghoa terlebih dahulu melakukan sembayang. Kemudian, replika tongkang yang dikawal dua kuda replika diarak ke lokasi pembakaran. Selain replika tongkang ada paket sembako juga yang ikut bakar. Replika tongkang ini di buat orang tua yang sudah berumur 80 tahun dan hanya seorang diri serta tidak menggunakan alat apapun.

"Ini merupakan replika tongkang yang ke 25 yang sudah dibakar setiap tahunnya di Batam," jelas Rusdi.

Sementara, Anggota DPRD Kota Batam Hendra Asman sangat mengapresiasi ritual bakar tongkang karena kegiatan ini sangat luar biasa. Hendra mengakui, banyak warga Bagansiapiapi yang sudah lama tinggal di Batam sehingga ritual ini digelar setiap tahun.


Hendra juga berharap moment ini bisa dimasukan dalam agenda wisata. Karena banyak juga Wisman yang datang hanya untuk menyaksikan ritual bakar tongkang tersebut.

"Ini sangat luar biasa, masyarakat banyak ingin menyaksikan ritual bakar tongkang dan tidak perlu ke Bagansiapiapi lagi. Karena di Kota Batam sudah ada digelar," tutur Hendra.

Lebih baru Lebih lama