Batamramah.com, Ponorogo - Festival Nasional Reog Ponorogo (FNRP) yang menjadi bagian dari gelaran Grebeg Suro kembali digelar.
Grebeg Suro Ponorogo merupakan salah satu tradisi budaya tahunan masyarakat Kota Reog dalam wujud pesta rakyat. Kegiatan ini dilaksanakan setiap tanggal 1 Muharram atau 1 Suro dalam kalender Jawa.
Perhelatan Grebeg Suro di Ponorogo, Jawa Timur ini akan melibatkan seluruh elemen masyarakat. Oleh karenanya ada berbagai event menarik yang bisa ditonton. Di antaranya seperti Festival Nasional Reog Ponorogo, Gelar Budaya, hingga Kirab Pusaka Larung Sesaji.
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Batam Nuryanto S.H., M.H. yang secara langsung menghadiri undangan dari Pemerintah Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur bersama utusan dari Pemerintah Kota Batam dalam momen tersebut.
Politisi PDI Perjuangan ini juga mengatakan bahwa Perhelatan Grebeg Suro di Ponorogo ini merupakan sebuah kegiatan yang bertujuan untuk melestarikan nilai-nilai luhur, kearifan lokal, dan kesenian khas Ponorogo, khususnya reog yang merupakan warisan dari nenek moyangnya.
Selain itu, FNRP ini juga dinilainya memiliki karakter yang khas dan kuat dengan nilai-nilai budaya, sehingga sudah selayaknya layak diusulkan menjadi festival internasional. Sehingga diharapkan bisa mendongkrak perekonomian, pariwisata dan pendidikan warga Ponorogo.
"Kegiatan budaya yagn ditujukan untuk melestarikan nilai-nilai luhur dan kearifan lokal ini sangat penting dan bagus. Dan kami dari DPRD Kota Batam sangat menyambut baik even yagn sudah sangat layak dijadikan sebagai festival internasional," tegas
Hal senada juga diungkapkan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno yang mengatakan bahwa festival ini sudah sangat layak untuk diangkat dalam even internasional.
Bahkan beberapa utusan negara yang hadir dalam kegiatan tersebut mengaku sangat tertarik untuk membawa kesenian ini untuk bisa tampil di negaranya.
Oleh karenanya, pihaknya sangat berharap agar penyelenggaraan Grebeg Suro tahun depan bisa ditingkatkan dengan mendatangkan peserta dari luar negeri.
"Ditingkatkan tahun depan ada peserta dari luar negeri, sehingga event ini berganti bukan hanya 'top ten' tapi juga menjadi pagelaran bulanan yang kita proyeksikan," katanya.
Kata dia, setiap pementasan reog, baik yang digelar dalam satu kegiatan budaya maupun yang bersifat pementasan hiburan, semuanya tetap memiliki dampak yang positif bagi pertumbuhan ekonomi di tingkat mikro.
Sandiaga memberi contoh dalam sekali pentas selalu melibatkan SDM dengan keahlian berbeda, mulai dari penari, musik, kostum, MC. Lalu ada efek domino untuk pedagang kaki lima, UMKM hingga pernak pernik Reog.
"Saya kira ini bagus untuk menggerakkan ekonomi kita, masyarakat mendapat manfaat dari budaya kegiatan ini," katanya.
Kehadiran Manparekraf dimanfaatkan Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko untuk meminta dukungan pembangunan Museum Reog yang saat ini tengah dibangun.
"Saya minta dicari polanya, pemasarannya agar wisatawan banyak ke sini termasuk mancanegara. Ini potensi sarana wisata edufan," kata Sandiaga.
Sementara itu, Bupati Sugiri menyebut bahwa saat ini Reog sudah masuk dalam daftar ICH untuk disidangkan pada 2024.
"Dua pekan lalu pak Dirjen Kemendikbud menyampaikan bahwa reyog sudah masuk daftar ICH untuk disidangkan pada 2024. Kami akan perkuat dengan pendampingan Kemenparekraf agar reyog bisa disahkan di ICH," kata Kang Giri.