Hasil Survei LKSP, Elektabilitas PDI Perjuangan Urutan Teratas

 


Batamramah.com, Batam - Elektabilitas Partai Politik jelang Pemilu 2024 mendatang mengalami fluktuasi yang berbeda beda. Kondisi pergeseran  urutan Parpol yang punya elektabilitas tinggi hingga menjadi Parpol dengan elektabilitas yang mengalami penurunan menjadi fenomena yang patut dicermati.


Begitu juga ada parpol yang sangat disenangi oleh pemilih meski kemudian parpol itu juga masuk dalam katergori parpol korup.

Hal ini terungkap dari survey yang dilakukan  Lembaga Survei Lingkar Kajian Strategis dan Pembangunan (LKSP). 


Melalui diskusi bertajuk Pemaparan dan Diskusi Hasil Survey dengan tema “Survey Politik dan Korelasinya dengan Pembangunan Demokrasi di Kepulauan Riau”, LKSP  merilis hasil survey  terkait elektabilitas partai politik peserta pemilu 2024.


Dalam surveynya, LKSP ini juga mengungkap pendapat dari para responden yang juga mengaku kaget saat Parpol yang disukainya, ternyata juga memegang rekor dengan anggotanya yang tersadung kasus korupsi dengan jumlah lebih banyak dari parpol lain.


Dimoderatori oleh Raden Dwi Wahyu SH dan puluhan wartawan media cetak, elektronik dan online Kota Batam, acara diskusi yang diselenggarakan di PIH, Selasa (11/04/2023) itu menghadirkan  Direktur LKSP Andika Rachman, Direktur Eksekutif retas institute Dr. Sigit Pramono, dan Prianto Rabbani SIP selaku Wakil Ketua ICMI Kota Batam dimana dua nama terakhir tampil membahas dan mengkritisi hasil survey tersebut.


Direktur LKSP Andika Rachman mengatakan survey dilakukan kepada sebanyak 1.350 orang responden. Pengambilan sample dilakukan pada 15 – 29 Januari 2023. Analisa data dilakukan pada 3 – 5 Februari 2023 dan telah dilakukan diskusi oleh para pakar pada 13 Maret 2023. Wawancara dilakukan dengan kuisioner terstruktur dengan teknik face to face interview. 


" Para responden ini  berada di 34 Provinsi menjadi responden dari Survei politik dilakukan oleh Lingkar Kajian Strategis dan Pembangunan (LKSP) .  Para responden berasal dari 80 Daerah Pemilihan Pusat & 124 Kabupaten atau kota," ujar Andika.


Hal pertama yang diungkapkan dalam survey yaitu soal   elektabilitas partai politik. Di sini. memunculkan PDIP yang masih berada di urutan teratas mengungguli partai politik lainnya.


“PDIP berada di atas 19.8% yang diikuti PKS 9,3%, Golkar 8,7%, dan Gerinda 8,2%. Sementara PKB 4,8%, Nasdem 5,6%, Demokrat 4,5%, PPP 2,7%, PAN 1,1% dan parpol lainnya dibawah 0,7%”, jelasnya.

Terkait elektabilitas ini, Andika Rachman mengatakan bahwa  hal menarik dalam survei elektabilitas tersebut, PKS mengalahkan Golkar dan Gerindra dari 1.350 responden," terang  Andika.


Berikutnya , Akseptabiltas (partai yang disukai) dari 1.350 responden masih diduduki  PDIP dengan 25,8 persen yang berada di puncak urutan teratas. Sedangkan di posisi ke dua  ditempati Golkar dengan 16,7 persen dan ditempat ketiga Gerindra 12,7 persen.

Sementara itu, ketika responden ditanya partai politik apa yang paling Anda ingat? Hasilnya adalah Partai PDIP dengan jumlah responden mencapai 29.6%. Kemudian diikuti Partai Golkar, Gerindra, PKS dan PKB.


Andika Rachman meneruskan , dilihat dari Citra Partai Politik, meski memiliki elektabilitas tinggi, ternyata PDIP masuk dalam partai yang paling korup. 


" PDIP memiliki elektabilitas tinggi sebanyak 19.8%. Namun data survei menyatakan PDIP juga mendapat beban citra  sebagai partai paling korup (20,5 %) diikuti Demokrat yakni 9,9%, Golkar 8,6% dan Gerindra 2,3%,” ungkap Andika.


“Meski dapat citra buruk soal korupsi, ternyata PDIP dipersepsi sebagai partai yang membela rakyat. Hal ini terlihat dari jumlah responden yang mencapai 23.5%. Di posisi kedua Golkar, dengan 16,9%, PKS 15,9%, dan ketiga Gerindra 13,0%,”  sambung Andika.


Lanjut Andi lagi, selain sebagai partai yang membela rakyat, PDIP juga mendapatkan respon yang baik dalam partai yang paling konsisten bersikap. PDIP menorehkan 15,7% di urutan pertama disusul PKS 14,4 persen dan diurutan ke tiga Golkar 9,4 persen.


Hasil survei berikutnya terkait citra partai politik paling nasionalis, yang ditempati PDIP 24,6%, disusul Golkar (17%) dan Gerindera sebesar 16,7.


Fenomena lainnya adalah citra parpol pembela agama atau relijius dengan hasil survey yaitu ditempati PKS. 


"Citra parpol relijius ditempati PKS (26,4%) disusul PKB 17,9%) dan disusul PPP (16,4) ,” jelas Andika Rachman.


Hasil Survei berikutnya terkait citra parpol millenial atau pemuda. Kali ini kembali peringkat teratas ditempati PDI Perjuangan. “PDIP masuk jajaran partai yang disukai kaum muda (14,1%) disusul PKS (11,6%) diikuti Gerindera, Golkar dan  Demokrat,” ulas Andi lagi. Ditambahkan Andi, Citra Parpol Pembela Perempuan dan Citra Parpol  Pembela Rakyat lagi lagi diduduki oleh PDIP di peringkat pertama .


Pemilih  Alami Pergeseran Dukungan dari 2019 di 2023 dari hasil Survey yang dilakukan LKSP juga menunjukkan terjadinya Pergeseran Pemilih. Andika menggambarkan dalam tabel bahwa mayoritas partai mengalami penurunan dukungan antara 2019 dan 2023.


“PDIP turun (7,9%), Gerindera turun (6,1%) dan Golkar mengalami penurunan (3,6%). Sedangkan Parpol yang mengalami dukungan yaitu PKS Nasdem,” terang Andika.


Pergeseran pemilih menurut Andika dipengaruhi beberapa faktor dimana dari 1.350 responden , sebanyak 152 responden mengalami pergeseran pilihan parpol. 


" Alasan responden dalam menentukan pilihan parpol baru yaitu pilihan parpol sejak dulu, pimpinan parpol, kegiatan parpol, aktifitas kader dan juga bantuan partai,” terang Andika lagi.


Menariknya, responden juga menyampaikan alasan tersendiri mengapa meninggalkan parpol pilihan di 2019. 


"Alasannya meninggalkan parpol di 2019 pertama tidak serius memperjuangkan rakyat (32,9%),  Kiprah anggota Dewan tidak terlihat (30,9%), tidak perduli pada rakyat (25,7%) dan terakhir  anggota / pejabat partai banyak terlibat korupsi,” jelas Andika Rachman.


Terkait papol oposisi, Andika Rachman menjelaskan dari survey yang dilakukan ada tiga parpol yang mencuat namanya sebagai parpol oposisi. “Parpol oposisi pertama PKS (20%) kedua Demokrat (13,2%) dan terakhir PDI P (7,4%) yang sesekali berbeda pandangan dengan pemerintahan Jokowi,”tutur Andika.

Lebih baru Lebih lama