Harga Telur Naik, Emak-emak: Sama Kami yang Miskin, Terasa Itu...




 BATAMRAMAH.COM, MEDAN - Sayuti Tarigan terus mengeluh. Orangtua tunggal yang punya dua anak itu mengungkapkan, hidup semakin sulit meski kasus Covid-19 mulai mereda.


Penyebabnya menurut warga Simpangselayang, Kecamatan Medantuntungan, Kota Medan, harga kebutuhan pokok seperti ikan, cabai merah, telur, terus naik.


Sayuti mengatakan, untuk telur, biasanya dia membeli di grosir dekat kontrakannya. Beberapa bulan lalu, untuk ukuran sedang harganya Rp 1.200 per butir. Untuk ayam kampung ukuran kecil, harganya bisa lebih murah lagi.


Namun dalam hitungan bulan, kini yang kecil menjadi Rp 1.500. Sementara yang sedang menjadi Rp 1.600-17.00.


"Memang naiknya seratus, dua ratus, tapi sama kami yang miskin, terasa itu. Kan, yang naik tak cuma telur aja. Cabai naik, telur naik. Kupikir, kalau telur naik, ikan atau ayam bisa murah, ternyata sama aja, ikutan naik . Peninglah kami yang emak-emak ini, semua harus dibagi-bagi, dihemat-hemat," katanya sambil mengelap keringat yang menguras dahinya, Sabtu (27/8/2022).


Rahmi, pedagang sayur-mayur di pasar tradisional Simpangselayang berkata, dia beli telur satu papan (30 butir, red) harganya Rp 54.000 untuk ukuran besar. Sebelumnya masih dapat Rp 50.000-52.000, sekarang, untuk harga segitu, ukuran telurnya yang sedang dan kecil.


"Lebih untuk beli per papan, kalau Rp 54.000, berarti satunya Rp 1.800. Di kedai, udah Rp 2.000 itu dijual ecer. Naik semuanya, enggak ngerti aku kenapa, cabai naik-turun, sepi jualan," katanya.


Harga jual sengaja digenapkan

Pengamat ekonomi Gunawan Benjamin menilai, cuaca yang kurang bersahabat di wilayah Sumatera Utara dilanda sentra produksi cabai di Kabupaten Karo, membuat harga pangan bertahan mahal. Secara point to point, harga cabai merah dari pekan lalu sampai hari ini masih kisaran Rp 90.000-Rp 100.000 per kilogram.


Harga cabai rawit hijau turun sekitar 14 persen. Daging ayam secara rata-rata di Sumut naik sekitar 4,5 persen. Untuk wilayah Medan, harga daging ayam naik 16 persen dalam sepekan terakhir, dari kisaran Rp 29.000 menjadi Rp 34.000 per kilogram.


"Telur ayam naik cukup tinggi, jika ditarik data selama sepekan terakhir, kenaikan harga di Sumut sangat kecil sekali, sekitar 2 persen, di Medan sekitar 0,8 persen. Di kedai, yang menjual per butir, harganya naik Rp 100-200," kata Gunawan lewat pesan singkatnya kepada Kompas.com.


"Harga jual sengaja digenapkan supaya pedagang tidak repot mengembalikan uang pecahan. Umumnya dibandrol Rp1.500, 1.600, 1.800 dan 2.000. Saya menduga pedagang menaikkan harga yang dibulatkan, bukan menaikkan harga sesuai angka kenaikan yang ideal," sambungnya.


Soal cuaca, Gunawan berujar, beberapa komoditas pangan sulit untuk turun, khususnya hortikultura. Namun ada masanya nanti petani terpaksa memanen tanamannya untuk menghindari pembusukan. Kalau berandai-andai cuaca akan hujan terus, pasokan bakal melimpah di pasar, memicu penurunan harga secara tiba tiba.


Untuk komoditas sumber protein seperti daging ayam, malah terjadi penurunan stok yag mengakibatkan kenaikan harga. Penurunan stok dipicu harga jual ayam yang dinilai merugikan peternak sehingga mereka terpaksa mengurangi stok.


"Untuk harga pangan di luar yang saya sebutkan, semuanya masih terpantau bergerak stabil," ucapnya.


KPPU: naik sejak awal Agustus

Kantor Wilayah 1, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menyatukan pedagang, distributor sampai peternak.


Hasil pantauan di pusat pasar, Pasar Petisah, Palapa, Sukaramai dan MMTC diperoleh harga rata-rata untuk telur ukuran kecil Rp 1.550-1.700, ukuran sedang Rp1.600-1.750 dan ukuran besar Rp1.700-1.900.


Kenaikan harga sejak awal Agustus, namun tidak ada penurunan pasokan dan beberapa pelaku mengaku permintaan menurun.


Informasi datang berbeda dari distributor, PT Sumber Pangan Nusantara Indonesia. Harga telur berbagai grade mengalami penurunan Rp 100-120 per butir dari pekan sebelumnya. permintaan dan pasokan stabil. KPPU lalu mendatangi peternak ayam ras petelur di Kecamatan Pantailabu, Kabupaten Deliserdang.


"Harga jual telur di tingkat peternak sekitar Rp 1.460 per butir, tanpa dibedakan ukurannya dengan kategori satu ikat di atas 18 kilogram," kata Kepala Kantor Wilayah 1, KPPU Ridho Pamungkas dalam keterangan tertulisnya Jumat (26/8/2022).


Menurut salah seorang peternak yang memiliki 30.000-an ekor ayam petelur, biaya produksi sekitar Rp 1.390 per butir.


Akibat turunnya harga telur dan kenaikan harga pakan sekitar 40 persen pada 2021, dia mengurangi kapasitas kandangnya sekitar 35 persen.


Bahkan, beberapa peternak telur di Pantailabu gulung tikar. Pemicu turunnya harga telur tahun lalu disinyalir karena perusahaan unggas terintegrasi juga memiliki peternakan ayam petelur sehingga terjadi banjir telur di pasar.


Peternak mengatakan, harga ditentukan agen yang mengambil telur ke tempatnya. Harga acuan agen mengikuti info realisasi harga telur ayam himpunan Kota Medan dan Kepulauan Riau yang dikeluarkan Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Indonesia.


"Untuk mendalami berbagai informasi yang didapat di lapangan, kami akan memanggil beberapa distributor, perusahaan terintegrasi dan Pinsar membentuk untuk mengklarifikasi realisasi harga telur di pasar," kata Ridho.


Hal ini untuk memastikan apakah harga memang terkait dengan dampak pandemi Covid-19 yang melandai sehingga permintaan naik, atau penurunan pasokan karena banyaknya peternak yang mengurangi produksi saat pandemi dan sampai hari ini belum normal. Atau kenaikan biaya produksi pakan ternak serta maraknya bansos telur ayam di sejumlah daerah.


Ridho mengatakan, upaya akan terus menyatukan bahan pokok strategi lain dan meningkatkan sinergitas dengan pemerintah daerah dalam pengawasan.


Mendukung upaya Pemprov Sumut yang sedang menyiapkan early warning system bahan pokok yang dapat memberi notifikasi kepada pimpinan daerah dan stakeholder mengendalikan inflasi ketika terjadi permintaan atau pasokan yang menyentuh ambang batas tidak wajar.


"Tujuannya, terpantau keseimbangan jumlah permintaan dan pasokan bahan pangan di pasar," tuntasnya.


Sumber: Kompas.com

Lebih baru Lebih lama